Hai Sobat,,
Ah, mengenang hal itu adalah sesuatu yang menyakitkan! Kembali kutengok jam dinding dalam kamar. Pukul 00.09. ah, begitu lama waktu berjalan. Jarum jarum itu berputar tanpa kenal lelah, ya kan? Dan akupun tak pernah lelah menantimu hingga sang fajar datang dan kembali menjadi semburat senja yang begitu dirindukan orang. Dan satu hal yang ada dalam benakku. Akankah kelak kita bisa dipertemukan?
-27/10/2015-
*cerita ini entah fiktif atau enggak hanya Sang Pencipta dan Authornya yang tahu, mohon maaf bila ada kesamaan nama maupun peristiwa
-Author: Adreamer-
Setelah sekian lama gak nongol di blog, akhirnya author putuskan untuk memposting sebuah cerita-yang mungkin malah kayak curhat- setelah melalui proses perdebatan panjang dengan diri sendiri. Debat? iya. Memutuskan apakah cerita ini mau di share atau enggak :'(
Sebenernya lagi belajar buat nulis cerita, tapi setelah jadi entah mau disebut apa -,-. Cerpen? bukan. Novel? jelas bukan.
(Sejujurnya mau nulis novel tapi lama-kelamaan ceritanya gak nyambung)-LOL-
Yah, anggap saja ini semacam diary yang dipublikasikan.
ini sekadar 'cuplikan' saja..apa yang pernah gue tulis tahun lalu :'(..dan maaf karena bahasanya tidak seindah seperti syair-syair para pujangga ;)
STORY #1
Jam berdentang sebelas kali. Kutengok jam dinding yang
tergantung pasrah pada dinding kamar sempit ini. Jarum jam menunjukkan pukul 23.00.
Hampir tengah malam, dan aku belum juga terpejam. Entah mengapa, malam ini
rasanya berbeda dengan hari-hari biasa. Mata ini terlalu berat untuk terpejam.
Ada yang berbeda, sesuatu yang mengganjal pada relung hati ini. Ada yang aneh.
Dan aku bertanya-tanya, inikah rasa rindu?
Sayup-sayup terdengar suara music barat Someone Like You nya Adele dari bilik sebelah. Dibiarkan mengalun
begitu saja, membawa angan-angan ini pada satu sosok yang tak terlupakan.
Kembali membawa rinduku menuju sosok dirimu yang entah berada dimana. Lucu
bukan? Merindukan sesosok yang tak pernah merasa dirindukan. Itu kamu. Iya
kamu. Setiap lagu yang mengalun merdu membawa kenangan itu. Kembali pada
ingatan tentang sosok dirimu ketika kita pertama kali bertemu. Entah mengapa, melihat
senyummu yang mengembang itu begitu menenangkan hati. Tatapan lembutmu itu
seakan membawaku terbang menuju langit. Menggetarkan hati, dan rasanya tak
ingin berpaling. Hanya memandangmu.
Entah mengapa pikiranku ini tertuju padamu? Mungkin ada daya
tarik maupun keunikan tersendiri yang ada dalam dirimu. Cinta pada pandangan pertama?
Bisa dikata begitu, bisa pula tidak.
Angin menembus pori-pori
dinding yang sedari tadi seakan menatap hampa padaku. Memecah kesunyian malam yang semakin menuju pada
ujung pagi. Membawa rasa dingin yang menusuk tulang. Mengusik hati yang sedang
merindu. Entah apa yang kamu lakukan,
hingga makin hari rindu ini semakin menguat?
Suara gemerisik daun-daun bergesekan yang tertiup angin malam
membuyarkan lamunanku. Dahan-dahan cemara seakan melambai kepadaku untuk keluar
dari ruangan sunyi ini. Rembulan muncul begitu indahnnya, seindah senyumanmu.
Ah! Senyuman itu lagi. Senyuman indah yang menghiasi hari-hari pada wajah
cerahmu itu.
Mungkinkah aku bisa meraih dan memilikimu? Pertanyaan itulah
yang setiap detik demi detik aku lontarkan dalam hati. Dan kini terjawab sudah
penantianku selama ini. Kau telah miliki
seorang lain dalam hatimu, hatimu kini telah utuh.
Sayap ini seakan patah dan hati ini terasa robek. Ini bukan
masalah patah hati, namun hati ini terasa perih setiap kali mengingat senyuman
itu. Senyuman yang dulu begitu menenangkan, kini telah menjadi belati yang
mencabik-cabik. Ah, dramatis kah kehidupan yang aku alami? Begitu berbedanya
dengan novel-novel romansa yang pernah aku baca.
Ah, mengenang hal itu adalah sesuatu yang menyakitkan! Kembali kutengok jam dinding dalam kamar. Pukul 00.09. ah, begitu lama waktu berjalan. Jarum jarum itu berputar tanpa kenal lelah, ya kan? Dan akupun tak pernah lelah menantimu hingga sang fajar datang dan kembali menjadi semburat senja yang begitu dirindukan orang. Dan satu hal yang ada dalam benakku. Akankah kelak kita bisa dipertemukan?
*cerita ini entah fiktif atau enggak hanya Sang Pencipta dan Authornya yang tahu, mohon maaf bila ada kesamaan nama maupun peristiwa
-Author: Adreamer-