Doa-doa ku mungkin belum sepenuhnya terkabulkan. Diri ini masih harus terus berjuang dalam waktu yang semakin menekan.
Setiap orang punya waktu yang sama, 24 jam atau 86.400 detik dalam sehari semalam. Namun, masing-masing mempunyai hal berbeda dalam pencapaian. "Setiap orang punya masanya sendiri", begitulah caraku menghibur diri. Bukan untuk menolak realita karena kesalahan sebelumnya, ataupun mencari pembenaran atas keadaan. Setidaknya aku masih terus berusaha sesuai kemampuan. Menggali hal-hal penting yang tak kuketahui sebelumnya.
Beberapa orang menemui jalan yang mulus pada Oktober ini, meski perlu meneguk kepahitan pada setiap detik waktu. Ada pula yang melangkah pasti tanpa sandungan batu kerikil. Sayangnya, segelintir manusia masih berdiam tanpa selangkah maju. Entah karena ragu atau tak mampu. Atau mereka perlu paksaan dalam merealisasikan kewajiban?
Kita tak berhak menghakimi atas kegagalan seseorang ketika mengapresiasi keberhasilan masih seringkali diabaikan. Kita hanya perlu memberikan dukungan untuk kembali berdiri. Situasi yang berubah-ubah membuatku menelaah segala kondisi dari sudut pandang yang berbeda. Dalam catatan, situasi memang benar-benar tidak memungkinkan. Aku berfikir, "Bagaimana jika aku berada dalam situasi yang sama". Kita tak pernah tahu seberapa besar perjuangan dibalik wajah seseorang. Kita tak mengerti bagaimana isi hati disetiap raut wajah yang mereka tampakkan.
Di penghujung Oktober ini, aku hanya berharap semoga kebaikan-kebaikan masih tetap menyelimuti. Aku berharap segala yang sedang diperjuangkan bisa mendapatkan hasil terbaik. Teruntuk kita semua di tanah manapun kaki berpijak, di lingkungan manapun sedang berjuang...
dan teruntuk jiwa-jiwa yang masih gersang, masih ada seperempat Oktober yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki diri. Sebelum detik-detik itu semakin menjauh pergi. Sebelum ke(tidak)baikan kembali menghampiri. Tidakkah kau bosan menjumpai kesalahan yang sama berulang kali?
23102021 - 10:12