Kamis, 28 Oktober 2021

ILALANG TERTANCAP DI HATIMU

Pict by canva


Masih bisakah atmamu menerima kalam-kalam,

sebagaimana dulu kukuh menyinggahi kalbu?


Masih adakah rasa pada bait-bait

yang dulu selalu kau lantunkan

kala fajar dan senja?


Masih adakah derai air matamu

yang tanpa sengaja menitik

pada kalimat-kalimat penuh makna?


Masihkah kau sisihkan sebuah ruang

pada relung sukma untuk kembali terisi?


Atau kini penuh dengan ilalang liar,

yang kau pelihara

di antara taman-taman bunga?


Tertancap pada hati

Meninggalkan nganga luka


Mungkin mekar ilalang telah merebak,

menenggelamkan kuncup

yang belum sempat merekah.


Kini, bunga itu masih berharap semi.



- Yogyakarta,

25102021-17:01


Senin, 25 Oktober 2021

ENIGMA.



Bagaikan teka teki, setiap takdir manusia memang tak pernah luput dari kehendak-Nya, hanya saja tak bisa ditebak dengan pasti.

Tuhan bisa membawamu pada kejadian yang tak pernah terduga. Bisa saja, doa-doa yang selama ini menjadi harapan tak tercipta seperti yang dipinta. Namun, doa bisa menjelma dalam bentuk yang tak terfikirkan sebelumnya. Karena Tuhan tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Maka, terima saja semua takdir yang telah digariskan untukmu. Jika pintamu tercipta sesuai keinginanmu, maka bersyukurlah. Jika asamu tak terbentuk, maka tetap bersyukur dan tak perlu merutuki diri. Bisa saja makna doa-doamu akan hadir dalam waktu yang tepat meski bukan saat ini. Bisa saja, harapmu tak terjawab karena dirimu memang belum siap. Jikalau memang takdirmu belum baik, bisa jadi kesalahan ada pada diri. Ada banyak penyebab yang memang tak pernah kau ketahui. Takdir manusia siapa sangka?

Jika hidup layaknya sebuah rangkaian puzzle, kita memang butuh potongan yang tepat untuk menjadikan sebuah karya yang mendekati "sempurna". Beberapa kali, potongan-potongan akan terlihat membingungkan dan butuh waktu untuk mencerna semuanya. Butuh pemahaman untuk menelaah setiap kepingnya. Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan takdir. Karena dalam sebuah perjalanan hidup, kita memang perlu menelaah dan memahami segala yang kita hadapi. Bukan semata-mata bergerak tanpa instruksi.

Beberapa takdir memang bisa diubah, dan kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Cobalah ubah takdirmu menjadi lebih baik. Perbaiki kekuranganmu,  mungkin kamu terlalu jauh dari-Nya.

23102021- 21:51

Sabtu, 23 Oktober 2021

DI PENGHUJUNG OKTOBER



Doa-doa ku mungkin belum sepenuhnya terkabulkan. Diri ini masih harus terus berjuang dalam waktu yang semakin menekan.

Setiap orang punya waktu yang sama, 24 jam atau 86.400 detik dalam sehari semalam. Namun, masing-masing mempunyai hal berbeda dalam pencapaian. "Setiap orang punya masanya sendiri", begitulah caraku menghibur diri. Bukan untuk menolak realita karena kesalahan sebelumnya, ataupun mencari pembenaran atas keadaan. Setidaknya aku masih terus berusaha sesuai kemampuan. Menggali hal-hal penting yang tak kuketahui sebelumnya.

Beberapa orang menemui jalan yang mulus pada Oktober ini, meski perlu meneguk kepahitan pada setiap detik waktu. Ada pula yang melangkah pasti tanpa sandungan batu kerikil. Sayangnya, segelintir manusia masih berdiam tanpa selangkah maju. Entah karena ragu atau tak mampu. Atau mereka perlu paksaan dalam merealisasikan kewajiban?

Kita tak berhak menghakimi atas kegagalan seseorang ketika mengapresiasi keberhasilan masih seringkali diabaikan. Kita hanya perlu memberikan dukungan untuk kembali berdiri. Situasi yang berubah-ubah membuatku menelaah segala kondisi dari sudut pandang yang berbeda. Dalam catatan, situasi memang benar-benar tidak memungkinkan. Aku berfikir, "Bagaimana jika aku berada dalam situasi yang sama". Kita tak pernah tahu seberapa besar perjuangan dibalik wajah seseorang. Kita tak mengerti bagaimana isi hati disetiap raut wajah yang mereka tampakkan.

Di penghujung Oktober ini, aku hanya berharap semoga kebaikan-kebaikan masih tetap menyelimuti. Aku berharap segala yang sedang diperjuangkan bisa mendapatkan hasil terbaik. Teruntuk kita semua di tanah manapun kaki berpijak, di lingkungan manapun sedang berjuang...

dan teruntuk jiwa-jiwa yang masih gersang, masih ada seperempat Oktober yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki diri. Sebelum detik-detik itu semakin menjauh pergi. Sebelum ke(tidak)baikan kembali menghampiri. Tidakkah kau bosan menjumpai kesalahan yang sama berulang kali?

23102021 - 10:12

Kamis, 21 Oktober 2021

KAMIS GERIMIS

Hari ini, Kamis 21 Oktober 2021 17:44 WIB.

Hujan kembali turun menyapa bumi. Rintiknya bersahutan membasahi tanah dengan sempurna. Memang, cuaca cukup mendung sedari pagi. Sedang akhir-akhir ini suhu udara terasa lebih panas dari biasa. Melatih imun makhluk-Nya, apakah mampu bertahan atau kalah dalam hal kesehatan.

Aku masih berdiam diri, duduk sembari sesekali mencoba berfokus pada hal yang sedang kukerjakan saat ini. Lagi-lagi, ragaku kalah dengan cuaca. Meski begitu, keinginanku adalah tetap memaksakan diri untuk mencoba menyelesaikan kewajibanku satu per satu, meski hanya sebait dua bait. Namun, ternyata kepala lebih berat dan berputar lebih kencang dari biasa. Maka kali ini, aku menyerah barang sehari. Berharap esok pagi kembali dengan diri yang lebih siap.

Aku mencoba bersahabat dengan cuaca yang tak menentu. Aku mencoba bersahabat dengan lingkungan yang tak mendukungku. Dan benar saja, rintik gerimis hanya bertamu untuk kemudian pergi dan kembali dengan bulir-bulir air lebih deras. Membawa hawa dingin lebih banyak untuk menyelimuti orang-orang. Benar-benar menjadi cobaan yang harus dilawan.

Hari ini malam Jumat, waktu yang tepat untuk kembali membawakan ayat-ayat-Nya. Sambil bercengkerama dengan gerimis, membuat suasana semakin khusyuk dalam sepi tetes-tetes air. Dan...

.

.

.

.

Aku akan kembali lagi dalam beberapa hari.

STUCK.


Ada waktu ketika pikiran tak mampu menyerap informasi apapun. Selalu tak fokus, entah apapun penyebabnya. Bahkan serangkaian kata yang biasa tertuang dengan mudahnya, kini menjadi bebal tak mau keluar. Pandangan mata memang terpaku pada layar laptop yang sedari tadi terbuka, sangat jelas terlihat dari pantulan kaca mata. Sesekali berkedip karena otot mata sudah tak mampu menahan kelopak mata. Jari-jari yang tak lentik itu terdiam di atas keyboard tanpa bergerak sedikitpun. Sudah pasti, jiwa dan pikiran sang empunya sedang berkelana. Menelusuri jejak-jejak yang tak terlihat jelas, mengenang memori-memori tanpa batas. Atau sedang memaksa otak untuk terus berputar mencari solusi atas sesuatu yang dihadapi.

Raga kita sudah mengirimkan sinyal lelah, namun terkadang keadaan memaksa kita untuk tetap terjaga. Memaksa mata kita untuk tetap terpaku pada apapun yang sedang dikerjakan. Padahal, seperti sia-sia ketika kita memaksa tanpa jeda. Tak akan terlihat hasilnya. Hanya lembar-lembar kosong yang merasa sepi, tanpa bertambah kata. Atau memandang tulisan-tulisan rapi yang sudah ada dan hanya bergulir kesana kemari.

Beristirahatlah barang sejenak. Barangkali seteguk udara akan membawamu tersadar kembali. Sadar akan sesuatu yang sedang diperjuangkan. Sadar bahwa waktu kita terlalu berharga untuk sekadar berhihi-haha, atau terisi oleh kekosongan yang tak ada artinya. Agar lelahmu tak sia-sia, setidaknya.

Bergeraklah, setapak demi setapak. Meskipun langkah terasa berat, setitik cahaya akan tiba pada masanya. Bergeraklah, tanpa menyerah. Dengan tetap memperhatikan kesehatan, mempertimbangkan kemampuan agar mampu memaksimalkan.


Oct 21,2021

Selasa, 19 Oktober 2021

ASING.



Kamu telah terbebas dari masa dimana kamu harus benar-benar ditopang oleh orang-orang sekelilingmu. Berbagi kebaikan, meski hanya sekelebat. Masa itu telah lewat, meninggalkan dirimu pada jalan yang semestinya. Semua pilihan kini berada dalam genggamanmu. Apakah kamu akan menjadi orang-orang yang kalah karena waktu? atau terus melangkah dalam satu arah? Sekali lagi, menyerah bukan pilihan yang tepat. Kamu harus berjalan- oh, setidaknya berdiri- meski pijakanmu terlalu rapuh. Berharap ada peluang, meski kau tak tau kapan peluang itu datang.

Pertolongan mungkin akan datang padamu. Suatu waktu, ketika Tuhan tau bahwa kau yakin tak mampu. Karena Tuhan tak pernah memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Namun, ada kalanya ketika kamu merasa bimbang dan hanya ingin bersembunyi dari kumpulan orang-orang. Meredam hati yang bergejolak karena keadaan tak sesuai dengan harapan. Memendam keinginan karena situasi yang tidak memungkinkan. Menata kembali iman sendiri yang dirobohkan berkali-kali dalam lingkungan yang sulit menerima perbaikan (dan perbedaan).

"Tak mengapa, kau sudah berusaha sekeras itu, dan dirimu tau". Begitulah suara yang selalu muncul pada telingamu.

Beberapa kali, entah dengan sengaja atau tidak, beberapa titik terang menghampirimu. Namun, dirimu memilih untuk menerimanya sendiri tanpa berbagi, setidaknya untuk saat ini. "Asing", mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan dirimu saat ini. Bahkan bertanya-tanya, kemana dirimu yang dulu pernah memilih jalan kebaikan?
Berdiam diri, memahami situasi. Mungkin cara inilah yang tepat untuk saat ini.
Kini, dirimu sedang berada dalam keadaan selemah-lemahnya.
.
.
.
Kamu.