Minggu, 28 November 2021

Just A Simple Thing: Berbagi Pundak.

Aku sering menjadi tempat bercerita, tempat berkeluh kesah bagi mereka, atau bahkan sekadar menjadi teman dalam obrolan2 ringan seperti biasa. Entah, aku sendiri tak tau penyebabnya. I have no problem with that, hanya saja heran mengapa banyak orang yang rela membagi ceritanya. Entah bagaimana pandangan mereka terhadapku, hingga mereka mempercayakan beberapa potong kisahnya untuk dibagikan kepadaku.

Aku menyadari bahwa aku bukan pendengar yang baik, bahkan seringkali aku hanya diam tanpa solusi. Karena aku tau, tak semua orang butuh pemecahan masalah. Mereka hanya ingin mencari pendengar, mereka hanya ingin mencari tempat untuk menumpahkan apapun yang sekiranya tak mampu ditampung lagi. Mereka ingin meluapkan segala hal yang bisa dibagi. Agar sedikit ringan beban di hati.

Aku beberapa kali menerima tumpahan cerita dari dua sisi. Sisi-sisi yang saling berselisih, ataupun sisi yang memang sedikit mengalami kendala perihal sesuatu. Aku hanya mendengarkan mereka berbicara, sesekali melontarkan kata iya, iya, dan secuil kata lainnya.  (Dan mungkin tidak membantu, aku tak tau).

Ada yang pernah meminta saranku, dan aku harus memahami posisi mereka, letak permasalahannya di mana. Agar aku bisa memberikan "saran" yang sedikit "tepat" tanpa terlalu merugikan salah satu pihak. - Ah, siapalah aku? Aku hanyalah orang yang belum pantas memberikan saran. Tepatnya, berbagi sedikit perasaan dan bertukar pikiran.

Dan teruntuk orang-orang yang aku hormati yang meminta sedikit bantuan, aku hanya bisa bertindak semampuku.

Aku sama sekali tak pernah keberatan menjadi pendengar setia. Karena mungkin mereka memang membutuhkan seseorang yang mau merahasiakan kisahnya, atau seseorang yang mau menjadi wadah keluh kesah. Tempat berbagi "pundak" jika mereka sedang tidak sekuat biasa.

Namun dari sini aku belajar bagaimana menyikapi sesuatu. Belajar dari beberapa kisah mereka, ternyata membuatku untuk mencoba sedikit lebih bijak dari sebelumnya, meskipun sampai saat ini aku bukanlah orang yang bijak dan masih terus belajar. Menjadi lebih hati-hati dalam berfikir dan bertindak.

Setidaknya, kisah orang lain pun bisa menjadi pembelajaran. Tak selalu kisah sendiri, karena setiap detik perjalanan sendiri memang selalu ada yang bisa dipelajari.


Yogyakarta, 28112021

Rabu, 24 November 2021

TENTRAM.

Hari ini aku kembali belajar. Seakan kembali diingatkan. Setelah beberapa saat menggulir layar yang beberapa saat lalu sempat terabaikan, aku menemukan jawaban.

Memang segala sesuatu terjadi bukan tanpa sengaja. Tuhan tau apa yang kita cari, apa yang kita adukan, apa yang kita gelisahkan. Dan aku menemukan jawaban.

QS Ar Rad: 28.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram".

Ibarat kata "lupa", jawaban selalu muncul tanpa aba-aba. Tanpa kita duga berasal dari mana. Bahkan saat mencari hal-hal yang tak berarti,  kadang tulisan sepatah dua patah menyempil diantara prosa-prosa. Seakan mengingatkan diri agar tidak melanglang terlalu jauh dari hal yang sudah sewajibnya. Seakan membatasi pergerakan kita agar tetap pada jalur yang semestinya.

"lupa". Ya, mungkin selama ini, Dia terlupa dari hatinya. Itulah mengapa kegelisahan selalu terbawa, di manapun kaki berpijak.

Aku menemukan jawaban. Mari kembali pada jalur yang seharusnya.

Setelah subuh, 24 November 2021

Senin, 22 November 2021

Seminggu Sebelum Desember

Dalam perjalanan menempuh tujuan, memang seringkali kita menemui terjal. Naik turun, bahkan sempat tersesat atau kebingungan. Tak tau arah, tanpa pegangan. Bahkan seringkali sendiri tanpa diiringi. Melangkah ragu atau diam menunggu waktu.

Sering, kita hanya fokus pada hal-hal yang menyedihkan. Pada hal-hal buruk yang melemahkan. Pada kegagalan yang menelan. Hanya karena doa dan pinta yang belum teraminkan.

Seringkali kita tak sadar bahwa masih banyak karunia yang patut untuk disyukuri. Masih banyak serpihan kebaikan yang ditemui. Kita tak menyadari, bahwa jalan tak hanya satu dua.

Jalan memang tak selalu mulus, namun jika kita bergantung pada-Nya, petunjuk akan selalu ada.

Tidak ada usaha yang sia-sia. Itulah pembelajaran dari setiap langkah usaha.


Seminggu sebelum Desember,

2021 hampir kembali pergi, dan jiwamu masih di sini.

Selangkah dua langkah merangkak pergi.

(Ia) bangkit berdiri.

Senin, 08 November 2021

BELAJAR DARI INSAN PENEBAR KEBAIKAN

SAYAP SAYAP KEHARUMAN


Bahkan ketika perjalananmu terhenti sampai sini, perjuanganmu untuk tetap menebar kebaikan sebaiknya tak ikut berhenti. Apapun situasi yang sedang kau hadapi. Kamu boleh lelah, kau boleh patah karena memang di dunia ini tak ada yang sempurna. Namun, kamu harus kembali setelah sekian waktu berdiam diri. Jangan pernah kalah dengan hal-hal yang merugikan.

Jika lelah dalam kesendirian, maka sahabat perjuangan adalah tempat bersandar. Tetaplah membawa keharuman, meski sedikit saja. Karena sehirup wangimu mungkin yang akan membawa sekitarmu untuk berjuang bersama. Saling menguatkan ikatan-ikatan yang mulai mengendur. Merangkai kembali manik yang sempat terlepas bebas.

Berkumpullah dengan orang-orang yang membawa semerbak di bajumu. Agar tercipta energi positif di sekelilingmu, sehingga fikiranmu akan bersih. Mendekatlah dengan sumber yang wangi. Agar dirimu ikut menghirup kesegarannya, kemudian bersama menyebarkannya.

Kepak sayap-sayap keharuman masih tercium dari sini. Meski beberapa kali "menghindari", namun wanginya selalu terasa. Barangkali, inilah cara Tuhan untuk tetap mengingatkan raga-raga yang merasa sendiri. Barangkali, inilah cara Tuhan agar tidak lalai dan terpuruk dalam kosongnya hati.

Setidaknya, berjuanglah hingga takdir benar-benar membuatmu tak bisa kembali.

25102021-15:04

Kamis, 04 November 2021

KE-CUN-DANG



Hari ini, aku belajar dari sebuah kekalahan.

Seperti perlombaan, kita memang harus

menyiapkan keikhlasan dan kerelaan hati

jika hal-hal yang kita upayakan tidak teraminkan.

Jika doa yang paling kita seriuskan tidak terkabulkan.

Agar tidak terlalu kecewa pada sebuah hasil

yang tidak kita harapkan.


Tidak perlu sibuk mencari kesalahan orang lain

untuk menutupi ketidakberhasilan kita.

Karena ada begitu banyak sebab-sebab kekalahan.

.

Meski memang,

beberapa kali kejujuran tidak sanggup melawan

"kecurangan".

itu kan katamu.


Namun, apakah kita memang lebih baik dari mereka

Apakah kau yakin lebih jujur dari mereka

yang kau anggap menang karena kecurangan?

itu yang perlu digarisbawahi.


Aku tidak ingin fokus pada hal-hal yang tidak terlihat,

apalagi keburukan seseorang.

namun aku benar-benar ingin bertanya:

Apakah kau yakin lebih baik?

Tanyakan pada hati kecilmu itu.

Jawabannya, hanya kau yang tahu.


Bukankah kita juga harus introspeksi diri?

Mengapa kemenangan tak berpihak pada kita?

Mengapa orang yang kau pandang buruk,

justru kebaikan berpihak padanya?

Bisa jadi, kita lebih buruk dari mereka

dan

kebaikan mereka lebih dari kita.

Hanya saja kita terlalu fokus pada keburukannya.

atau...


Mungkin sama saja,

keburukan terlalu fokus pada kita.

Sehingga tak ada kebaikan sedikitpun yang nampak

pada matanya.


Sama kan?

Sama-sama terlalu fokus pada keburukan orang lain,

Sama-sama menutup kebaikan agar tak terlihat.

Ternyata kita sama saja.


Nah kan, kita berburuk sangka lagi.

Memang, mungkin kita yang memang lebih buruk.

Hanya saja kita tak menyadarinya.

Hal-hal kecil inilah yang terkadang menenggelamkan diri.


Memang, pilihan yang lebih baik adalah introspeksi

dan memperbaiki diri.

Menerima segala kekalahan dengan keikhlasan.

Hilangkan kebencian dan kesombongan dari hati,

Bersihkan fikiran dari hal-hal negatif

agar kembali netral.

Agar bisa menilai segala sesuatu dengan fair.

Bukan karena personalnya.

Agar tidak standar ganda.


26102021-08:46

Senin, 01 November 2021

BELAJAR DARI INSAN PENEBAR KEBAIKAN

Keluar Sangkar


Dia adalah orang biasa, seorang pembelajar yang tak pernah mengenal dunia luar sebelumnya. Yang ia tahu hanyalah mempelajari segala sesuatu yang berada dalam jangkauan sekitar. Yang ia tahu hanyalah belajar dari formalnya bangku sekolahan. Yang ia tahu hanyalah belajar dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan. Ia hanyalah seseorang yang lugu tanpa tau bahwasanya dunia begitu luas dengan segala ilmunya. Ia tak tahu bahwa apa yang dipelajarinya selama ini hanyalah setetes air di lautan.

Ia tak pernah menyangka, takdir akan membawanya keluar untuk mencoba mengarungi ganasnya ombak dunia. Padahal awalnya hanya mencoba-coba untuk sekadar formalitas pengisian data, meski ada setitik harapan di dalamnya. Akhirnya, setelah memantapkan setengah hati dan ingin menjajal pengalaman baru, ia keluar dari zona yang selama ini membatasinya. Meski awalnya ia ragu, namun kini ia yakin bahwa itulah jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan untuk dilalui.

Pada kenyataannya, ia sangat berhati-hati dan selalu waspada. Ia bertekad tak ingin mengulangi kesalahan si sulung yang gampang tergoda dengan bujuk rayu menjanjikan, yang akhirnya menenggelamkan orang-orang di sekitarnya. Sang ibunda pernah berpesan, dunia luar sangatlah berbahaya. Apalagi saat itu isu panas mengenai kelompok-kelompok tertentu sedang menghantui. 

Dalam wilayah yang sama sekali tak ia kenal, ia berharap bertemu dengan lingkungan yang mendukungnya. Di sana, ia menjumpai berbagai macam manusia dengan berbagai karakter. Menjumpai berbagai hal baru yang tak terkira. Namun dari situ ia tahu, betapa dalam dan banyak ilmu yang dapat dipelajari. Belajar dari keadaan, ia sadar bahwa seseorang harus punya prinsip dan pondasi yang kokoh agar mampu bertahan setelah diterpa badai di sana-sini.

Seorang bungsu akhirnya memilih untuk menjajal dunia yang sebelumya belum pernah ia lalui. Mencoba berbaur dengan orang-orang yang selalu mengingatkannya pada kebaikan. Ia menjadi lebih dewasa dalam pemikiran. Pun ia memang bukan seorang manja karena sudah terbiasa dengan kerasnya zaman. Berfikiran terbuka dan mencoba menerima hal-hal baru, meski masih membatasi diri agar tidak terbawa arus. Yang ia takutkan adalah menjadi seseorang yang salah memilih jalan. Beruntungnya, orang-orang di sekitarnya selalu membentengi saat ia salah melangkah, entah sengaja atau tidak.

Setelah bersama saling menopang, kini waktunya untuk terbang pergi menebar kebaikan di tempat yang berbeda. Meski tanpa bertemu, ia mengagumi setiap manusia yang masih berbagi ditengah kesibukan dalam dunianya. Ada kekaguman pada mereka yang masih konsisten pada tujuan. Meski beberapa sayap patah, meski beberapa berhenti, merekalah yang terus berjuang pasti akan memetik manisnya buah keikhlasan.

Semoga kelak dipertemukan kembali dalam ikatan-ikatan kebaikan.

25102021-08:09