Kamis, 06 Desember 2018

BAB 1: BEGINILAH JALAN DAKWAH MENGAJARKAN KAMI - RESUME


BEGINILAH JALAN DAKWAH MENGAJARKAN KAMI

Penulis Buku               : Muhammad Lili Nur Aulia
Penerbit                       : Pustaka da’watuna
Tahun Terbit                : Cetakan VIII, Februari 2016
Jumlah Halaman         : xvi+156 hlm

“Untuk saudara-saudara kami di Jalan dakwah. Buku ini adalah catatan kecil dari perjalanan panjang kita. Agar kita lebih merasakan kesyukuran dan ketundukan kepada Allah swt atas karunia-Nya kita berada dalam kebersamaan di sini. Berbahagialah dan berbanggalah karena Allah telah mengistimewakan kita menerima nikmat berjamaah dan ini adalah karunai terbaik yang kita terima setelah karunia keimanan kepada allah swt. Karunia yang tidak kita dapat Karena nasab, status, harta, maupun ilmu tapi semata-mata karena karunia Allah swt Yang Maha Rahmah, Yang menuntun langkah kita hingga sampai di sini,di jalan ini, pada detik ini” -Dikutip dari buku Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami

BAB 1: DARI SINI KAMI MEMULAI

Mengapa berada di jalan dakwah?

Sesungguhnya jalan dakwah adalah kebutuhan umat Muslim, sebagai penyangga kebahagiaan di dunia dan akhirat. Para penyebar dakwah akan mendapatkan pahala yang terus menerus hingga kiamat tiba.

“Barang siapa mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun oleh pahala mereka.” (HR. Muslim)

Dengan dakwah, Allah swt akan menurunkan rahmat dan karunianya.
 “Sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

Selain itu, dakwah menjadi penghalang turunnya adzab Allah (QS. Al-A’raf 164-165)
Ada tiga kelompok manusia dalam dakwah yaitu kelompok penyeru dakwah yang shalih, kelompok shalihin tapi tidak menyerukan dakwah, serta orang-orang yang mengingkari dakwah.,

Teman-teman pilihan
Arrafiiq qabla thariiq, memilih teman harus didahulukan sebelum memulai perjalanan. Dalam perjalanan dakwah, diperlukan syarat Ar rafiiq ash shaalih (teman yang baik).

"Sesungguhnya orang itu tergantung pada agama temannya. Dan seseorang tidak dikenal kecuali dengan melihat siapa temannya” (Ihya Ulumuddin 2/202).

Perjalanan dakwah penuh dengan ujian, cobaan, fitnah dan godaan yang menyeleksi kami dan saudara-saudara kami. Sehingga akhirnya, kami mendapati saudara-saudara kami yang insyaAllah mereka siap untuk saling bantu mewujudkan cita-cita perjalanan dakwah.

Amal Jama’i
Amal jamai merupakan suatu pekerjaan secara berjamaah, tidak sendiri-sendiri, dan saling membantu unutk tujuan tertentu. QS. AL-Anfal 73 menerangkan bahwa jika kami tidak saling bantu dan mendukung, sebagaimana yang dilakukan orang-orang kafir, pasti fitnah dan kerusakan akan merajalela. Mereka bersatu sementara kita saling meninggalkan.

Tandzim atau organisasi dakwah adalah mutlak dan merupakan kebutuhan mendesak. Karena kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan sangat mudah dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir dengan baik. Ia butuh pemimpin yang bertanggungjawab, pasukan dan anggota yang taat, peraturan yang mengikat, batas-batas tanggung jawab dan kewajiban, tujuan dan sarana untuk merelealisasikan tujuan tersebut.

Kebutuhan akan pemimpin
Syarat dalam perjalanan dakwah salah satunya adalah adanya pemimpin. Al Ghazali mengatakan:

"Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan teman2nya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mungkin dimintakan persetujuannnya untuk urusan penting. Seorang pemimpin dibutuhkan karena pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Tidak ada kerusakan kecuali karena banyaknya pengaturan. Alam ini menjdai teratur karena Pengatur alam semesta ini adalah satu.” (Ihya Ulumuddin 2/202)

Apabila syuro telah berlangsung dan keputusan telah diambil, apapun keputusannya itulah yang akan dilaksanakan. Keputusan syuro tidak pernah salah. Kalaupun syuro tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan maka syuro kembali yang akan menindaklanjutinya. Demikianlah, perjalanan ini memerlukan pemimpin. Dan hasil syuro yang telah diputuskan oleh pemimpin, mengikat kami untuk saling dukung dan kami laksanakan.

Jalan ini, miniatur perjalanan sesungguhnya
Jiwa toleran adalah salah satu perjalanan berharga yang kami petik dari jalan dakwah, karena setiap insan dilahirkan berbeda karakter dan sifatnya. Toleran membuat manusia bisa saling memahami satu sama lainnya, sehingga perbedaan pendapat, perselisihan, ketidaknyamaan dan ketidaksukaan tidak menimbulkan perpecahan. 

Rasulullah bersabda: “Jika ada seseorang mencacimu dan menghinamu dengan sesuatu yang ia ketahui ada pada dirimu, maka janganlah kamu melakukan hal yang sama lantaran ada hal yang sama yang engkau ketahui ada padanya. Karena dengan demikian engkau akan mendapatkan pahala. Dan ia mendapatkan dosanya. Dan janganlah engkau mencaci seseorang pun.” (Al Haadits Shahihah, Albani 770)

Tiga Karakter Penempuh Perjalanan
Jalan dakwah adalah jalan yang dijauhi oleh orang-orang yang selalu dibalut kekhawatiran tentang masa depan keduniaannya. Jalan yang membuat orang-orang jahil  merasa heran, mengapa kita mau dan bisa bertahan di atas jalan ini. Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah menyebutkan bahwa di jalan ini, setidaknya ada tiga kelompok manusia, sebagaimana juga disebutkan dalam Al Qur’an.
1.  Zaalimun li nafsihi, adalah orang-orang yang lalai mempersiapkan bekal perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang bisa membuatnya sampai ke tujuan.
2.  Muqtashid, adalah mereka mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampai ke tujuan perjalanan. Mereka tidak memperhitungkan bekal apa yang harus dimiliki dan mereka bawa jika ternyata mereka harus menghadapi situasi tertentu, yang menyulitkan perjalanannya. Jika mereka sampai ke ujung perjalanan ini, mereka sebenarnya tetap merugi karena luput dari perniagaan yang bisa menguntungkan mereka karena barang dagangan mereka pas-pasan dan secukupnya saja.
3.  Saabiqun bil khairaat, yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa perbekalan dan barang dagangan yang lebih dari cukup karena akan memberikan keuntungan yang besar.


READ MORE:

1 komentar:

Thank you for visiting my blog :)