Jumat, 31 Desember 2021

Tahun Ini...

Tahun kembali berganti, bersyukurlah atas apa-apa yang telah dicapai tanpa merutuki kegagalan.

Tahun ini, banyak kesalahan yang terlukis pada kanvas kehidupan, meski tak sebanyak tahun sebelumnya.


2019. 

Tahun terkelam dalam hidupku, seolah hidup pada raga yang kosong tak bernyawa. Separuh dari tahun ini pun begitu, hidup dalam jiwa yang tak terisi tanpa arah. Lemah.


Ketidakberhasilan atas sesuatu bukan berarti kita tak bisa memperbaiki pada masa yang belum tergenggam. Cukup jadikan sebagai pembelajaran, sebagai batu loncatan untuk lebih kuat dari sebelumnya. Melangkah lebih jauh dari kemarin. Melompat lebih tinggi dari biasanya.

Tak perlu penyesalan yang berlebih, karena hanya akan melemahkan. Tak perlu berlarut-larut meratapi kegagalan. Sudah cukup tangismu selama dua tahun ini. Lebih baik fokus untuk melanjutkan kehidupan untuk lebih bermanfaat. 

Untuk mencapai sesuatu memang butuh pengorbanan, dan setiap orang berbeda-beda.


2021.

Terima kasih kepada orang-orang yang berjasa dalam hidupku di tahun ini; teruntuk orang-orang yang menjadikan perjalananku lebih hidup, lebih menantang, dan jauh dari kata menyerah. Terima kasih kepada orang-orang yang masih ada rasa peduli. 

Terima kasih kepada orang-orang yang selalu membantuku dalam setiap kesulitan. Kepada orang-orang yang memudahkan jalanku atas izin-Nya.

Tak lupa pula, terima kasih kepada orang-orang yang menjatuhkanku, semoga kebaikan selalu mengiringimu.


Perjalanan setahun ini tak mungkin muat jika ditorehkan dalam setiap kalimat. Maka, meski cukup singkat, aku hanya akan mengucap syukur dan berterima kasih tak terhingga. Semoga menjadi amal baik untuk semuanya.


Satu kalimat terakhir untuk tahun ini "Terima kasih telah bertahan untuk dua tahun terakhir".


23122021

Kamis, 30 Desember 2021

TEARS...

Sudahlah. Aku hanya takut mengecewakan orang-orang yang mempercayaiku. Mengecewakan orang-orang yang menaruh harap padaku. Mengecewakan orang-orang yang baik kepadaku; dan mengecewakan diri sendiri.

Ada situasi tertentu dimana kita justru lebih cepat ketika berjalan sendiri. Karena ketika menyangkut kepentingan yang berhubungan dengan orang lain, kita tidak bisa "memaksa" mereka.

Bersyukurlah ketika bertemu dengan orang yang mendukung setiap langkah kita; meski cukup dengan berkabar saja.

Hal paling disesalkan hari ini adalah ketika jalanmu tinggal selangkah, namun lagi-lagi patah. Ya, manusia memang hanya bisa berusaha dan berdoa. Mengenai keputusan akhir berada di tangan-Nya.

Akhir tahun ini terasa hidup dan lebih berwarna, namun penuh air mata.


29122021

Kamis, 23 Desember 2021

HIDUP KEMBALI.

Masih di tahun ini.

Ada banyak hal yang diinginkan, ada banyak hal yang sedang diupayakan. Ada harapan orang lain yang ia topang untuk dipenuhi.

Setelah "mati" selama seperlima dekade, mimpi-mimpi tumbuh kembali. Anehnya, ia tidak tidur.

Mengapa?

Hanya karena bertemu dengan orang-orang baik, bertemu dengan orang-orang yang penuh semangat dan perjuangan. Hanya melihat mereka tanpa lelah terjaga, memotivasi untuk menggali kembali impian yang selama ini terkubur dan seolah mati tak bernyawa. Seperti bakal biji yang bertemu setitik air pada gersangnya tanah.

Sesimpel itu.


Hal apa yang patut disyukuri? Kesehatan; orang-orang baik; dan kesempatan.

Karena bertemu dengan orang-orang baik adalah anugrah yang luar biasa.


Terima kasih, teruntuk orang-orang baik di luar sana.


23122021

Minggu, 28 November 2021

Just A Simple Thing: Berbagi Pundak.

Aku sering menjadi tempat bercerita, tempat berkeluh kesah bagi mereka, atau bahkan sekadar menjadi teman dalam obrolan2 ringan seperti biasa. Entah, aku sendiri tak tau penyebabnya. I have no problem with that, hanya saja heran mengapa banyak orang yang rela membagi ceritanya. Entah bagaimana pandangan mereka terhadapku, hingga mereka mempercayakan beberapa potong kisahnya untuk dibagikan kepadaku.

Aku menyadari bahwa aku bukan pendengar yang baik, bahkan seringkali aku hanya diam tanpa solusi. Karena aku tau, tak semua orang butuh pemecahan masalah. Mereka hanya ingin mencari pendengar, mereka hanya ingin mencari tempat untuk menumpahkan apapun yang sekiranya tak mampu ditampung lagi. Mereka ingin meluapkan segala hal yang bisa dibagi. Agar sedikit ringan beban di hati.

Aku beberapa kali menerima tumpahan cerita dari dua sisi. Sisi-sisi yang saling berselisih, ataupun sisi yang memang sedikit mengalami kendala perihal sesuatu. Aku hanya mendengarkan mereka berbicara, sesekali melontarkan kata iya, iya, dan secuil kata lainnya.  (Dan mungkin tidak membantu, aku tak tau).

Ada yang pernah meminta saranku, dan aku harus memahami posisi mereka, letak permasalahannya di mana. Agar aku bisa memberikan "saran" yang sedikit "tepat" tanpa terlalu merugikan salah satu pihak. - Ah, siapalah aku? Aku hanyalah orang yang belum pantas memberikan saran. Tepatnya, berbagi sedikit perasaan dan bertukar pikiran.

Dan teruntuk orang-orang yang aku hormati yang meminta sedikit bantuan, aku hanya bisa bertindak semampuku.

Aku sama sekali tak pernah keberatan menjadi pendengar setia. Karena mungkin mereka memang membutuhkan seseorang yang mau merahasiakan kisahnya, atau seseorang yang mau menjadi wadah keluh kesah. Tempat berbagi "pundak" jika mereka sedang tidak sekuat biasa.

Namun dari sini aku belajar bagaimana menyikapi sesuatu. Belajar dari beberapa kisah mereka, ternyata membuatku untuk mencoba sedikit lebih bijak dari sebelumnya, meskipun sampai saat ini aku bukanlah orang yang bijak dan masih terus belajar. Menjadi lebih hati-hati dalam berfikir dan bertindak.

Setidaknya, kisah orang lain pun bisa menjadi pembelajaran. Tak selalu kisah sendiri, karena setiap detik perjalanan sendiri memang selalu ada yang bisa dipelajari.


Yogyakarta, 28112021

Rabu, 24 November 2021

TENTRAM.

Hari ini aku kembali belajar. Seakan kembali diingatkan. Setelah beberapa saat menggulir layar yang beberapa saat lalu sempat terabaikan, aku menemukan jawaban.

Memang segala sesuatu terjadi bukan tanpa sengaja. Tuhan tau apa yang kita cari, apa yang kita adukan, apa yang kita gelisahkan. Dan aku menemukan jawaban.

QS Ar Rad: 28.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram".

Ibarat kata "lupa", jawaban selalu muncul tanpa aba-aba. Tanpa kita duga berasal dari mana. Bahkan saat mencari hal-hal yang tak berarti,  kadang tulisan sepatah dua patah menyempil diantara prosa-prosa. Seakan mengingatkan diri agar tidak melanglang terlalu jauh dari hal yang sudah sewajibnya. Seakan membatasi pergerakan kita agar tetap pada jalur yang semestinya.

"lupa". Ya, mungkin selama ini, Dia terlupa dari hatinya. Itulah mengapa kegelisahan selalu terbawa, di manapun kaki berpijak.

Aku menemukan jawaban. Mari kembali pada jalur yang seharusnya.

Setelah subuh, 24 November 2021

Senin, 22 November 2021

Seminggu Sebelum Desember

Dalam perjalanan menempuh tujuan, memang seringkali kita menemui terjal. Naik turun, bahkan sempat tersesat atau kebingungan. Tak tau arah, tanpa pegangan. Bahkan seringkali sendiri tanpa diiringi. Melangkah ragu atau diam menunggu waktu.

Sering, kita hanya fokus pada hal-hal yang menyedihkan. Pada hal-hal buruk yang melemahkan. Pada kegagalan yang menelan. Hanya karena doa dan pinta yang belum teraminkan.

Seringkali kita tak sadar bahwa masih banyak karunia yang patut untuk disyukuri. Masih banyak serpihan kebaikan yang ditemui. Kita tak menyadari, bahwa jalan tak hanya satu dua.

Jalan memang tak selalu mulus, namun jika kita bergantung pada-Nya, petunjuk akan selalu ada.

Tidak ada usaha yang sia-sia. Itulah pembelajaran dari setiap langkah usaha.


Seminggu sebelum Desember,

2021 hampir kembali pergi, dan jiwamu masih di sini.

Selangkah dua langkah merangkak pergi.

(Ia) bangkit berdiri.

Senin, 08 November 2021

BELAJAR DARI INSAN PENEBAR KEBAIKAN

SAYAP SAYAP KEHARUMAN


Bahkan ketika perjalananmu terhenti sampai sini, perjuanganmu untuk tetap menebar kebaikan sebaiknya tak ikut berhenti. Apapun situasi yang sedang kau hadapi. Kamu boleh lelah, kau boleh patah karena memang di dunia ini tak ada yang sempurna. Namun, kamu harus kembali setelah sekian waktu berdiam diri. Jangan pernah kalah dengan hal-hal yang merugikan.

Jika lelah dalam kesendirian, maka sahabat perjuangan adalah tempat bersandar. Tetaplah membawa keharuman, meski sedikit saja. Karena sehirup wangimu mungkin yang akan membawa sekitarmu untuk berjuang bersama. Saling menguatkan ikatan-ikatan yang mulai mengendur. Merangkai kembali manik yang sempat terlepas bebas.

Berkumpullah dengan orang-orang yang membawa semerbak di bajumu. Agar tercipta energi positif di sekelilingmu, sehingga fikiranmu akan bersih. Mendekatlah dengan sumber yang wangi. Agar dirimu ikut menghirup kesegarannya, kemudian bersama menyebarkannya.

Kepak sayap-sayap keharuman masih tercium dari sini. Meski beberapa kali "menghindari", namun wanginya selalu terasa. Barangkali, inilah cara Tuhan untuk tetap mengingatkan raga-raga yang merasa sendiri. Barangkali, inilah cara Tuhan agar tidak lalai dan terpuruk dalam kosongnya hati.

Setidaknya, berjuanglah hingga takdir benar-benar membuatmu tak bisa kembali.

25102021-15:04

Kamis, 04 November 2021

KE-CUN-DANG



Hari ini, aku belajar dari sebuah kekalahan.

Seperti perlombaan, kita memang harus

menyiapkan keikhlasan dan kerelaan hati

jika hal-hal yang kita upayakan tidak teraminkan.

Jika doa yang paling kita seriuskan tidak terkabulkan.

Agar tidak terlalu kecewa pada sebuah hasil

yang tidak kita harapkan.


Tidak perlu sibuk mencari kesalahan orang lain

untuk menutupi ketidakberhasilan kita.

Karena ada begitu banyak sebab-sebab kekalahan.

.

Meski memang,

beberapa kali kejujuran tidak sanggup melawan

"kecurangan".

itu kan katamu.


Namun, apakah kita memang lebih baik dari mereka

Apakah kau yakin lebih jujur dari mereka

yang kau anggap menang karena kecurangan?

itu yang perlu digarisbawahi.


Aku tidak ingin fokus pada hal-hal yang tidak terlihat,

apalagi keburukan seseorang.

namun aku benar-benar ingin bertanya:

Apakah kau yakin lebih baik?

Tanyakan pada hati kecilmu itu.

Jawabannya, hanya kau yang tahu.


Bukankah kita juga harus introspeksi diri?

Mengapa kemenangan tak berpihak pada kita?

Mengapa orang yang kau pandang buruk,

justru kebaikan berpihak padanya?

Bisa jadi, kita lebih buruk dari mereka

dan

kebaikan mereka lebih dari kita.

Hanya saja kita terlalu fokus pada keburukannya.

atau...


Mungkin sama saja,

keburukan terlalu fokus pada kita.

Sehingga tak ada kebaikan sedikitpun yang nampak

pada matanya.


Sama kan?

Sama-sama terlalu fokus pada keburukan orang lain,

Sama-sama menutup kebaikan agar tak terlihat.

Ternyata kita sama saja.


Nah kan, kita berburuk sangka lagi.

Memang, mungkin kita yang memang lebih buruk.

Hanya saja kita tak menyadarinya.

Hal-hal kecil inilah yang terkadang menenggelamkan diri.


Memang, pilihan yang lebih baik adalah introspeksi

dan memperbaiki diri.

Menerima segala kekalahan dengan keikhlasan.

Hilangkan kebencian dan kesombongan dari hati,

Bersihkan fikiran dari hal-hal negatif

agar kembali netral.

Agar bisa menilai segala sesuatu dengan fair.

Bukan karena personalnya.

Agar tidak standar ganda.


26102021-08:46

Senin, 01 November 2021

BELAJAR DARI INSAN PENEBAR KEBAIKAN

Keluar Sangkar


Dia adalah orang biasa, seorang pembelajar yang tak pernah mengenal dunia luar sebelumnya. Yang ia tahu hanyalah mempelajari segala sesuatu yang berada dalam jangkauan sekitar. Yang ia tahu hanyalah belajar dari formalnya bangku sekolahan. Yang ia tahu hanyalah belajar dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan. Ia hanyalah seseorang yang lugu tanpa tau bahwasanya dunia begitu luas dengan segala ilmunya. Ia tak tahu bahwa apa yang dipelajarinya selama ini hanyalah setetes air di lautan.

Ia tak pernah menyangka, takdir akan membawanya keluar untuk mencoba mengarungi ganasnya ombak dunia. Padahal awalnya hanya mencoba-coba untuk sekadar formalitas pengisian data, meski ada setitik harapan di dalamnya. Akhirnya, setelah memantapkan setengah hati dan ingin menjajal pengalaman baru, ia keluar dari zona yang selama ini membatasinya. Meski awalnya ia ragu, namun kini ia yakin bahwa itulah jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan untuk dilalui.

Pada kenyataannya, ia sangat berhati-hati dan selalu waspada. Ia bertekad tak ingin mengulangi kesalahan si sulung yang gampang tergoda dengan bujuk rayu menjanjikan, yang akhirnya menenggelamkan orang-orang di sekitarnya. Sang ibunda pernah berpesan, dunia luar sangatlah berbahaya. Apalagi saat itu isu panas mengenai kelompok-kelompok tertentu sedang menghantui. 

Dalam wilayah yang sama sekali tak ia kenal, ia berharap bertemu dengan lingkungan yang mendukungnya. Di sana, ia menjumpai berbagai macam manusia dengan berbagai karakter. Menjumpai berbagai hal baru yang tak terkira. Namun dari situ ia tahu, betapa dalam dan banyak ilmu yang dapat dipelajari. Belajar dari keadaan, ia sadar bahwa seseorang harus punya prinsip dan pondasi yang kokoh agar mampu bertahan setelah diterpa badai di sana-sini.

Seorang bungsu akhirnya memilih untuk menjajal dunia yang sebelumya belum pernah ia lalui. Mencoba berbaur dengan orang-orang yang selalu mengingatkannya pada kebaikan. Ia menjadi lebih dewasa dalam pemikiran. Pun ia memang bukan seorang manja karena sudah terbiasa dengan kerasnya zaman. Berfikiran terbuka dan mencoba menerima hal-hal baru, meski masih membatasi diri agar tidak terbawa arus. Yang ia takutkan adalah menjadi seseorang yang salah memilih jalan. Beruntungnya, orang-orang di sekitarnya selalu membentengi saat ia salah melangkah, entah sengaja atau tidak.

Setelah bersama saling menopang, kini waktunya untuk terbang pergi menebar kebaikan di tempat yang berbeda. Meski tanpa bertemu, ia mengagumi setiap manusia yang masih berbagi ditengah kesibukan dalam dunianya. Ada kekaguman pada mereka yang masih konsisten pada tujuan. Meski beberapa sayap patah, meski beberapa berhenti, merekalah yang terus berjuang pasti akan memetik manisnya buah keikhlasan.

Semoga kelak dipertemukan kembali dalam ikatan-ikatan kebaikan.

25102021-08:09

Kamis, 28 Oktober 2021

ILALANG TERTANCAP DI HATIMU

Pict by canva


Masih bisakah atmamu menerima kalam-kalam,

sebagaimana dulu kukuh menyinggahi kalbu?


Masih adakah rasa pada bait-bait

yang dulu selalu kau lantunkan

kala fajar dan senja?


Masih adakah derai air matamu

yang tanpa sengaja menitik

pada kalimat-kalimat penuh makna?


Masihkah kau sisihkan sebuah ruang

pada relung sukma untuk kembali terisi?


Atau kini penuh dengan ilalang liar,

yang kau pelihara

di antara taman-taman bunga?


Tertancap pada hati

Meninggalkan nganga luka


Mungkin mekar ilalang telah merebak,

menenggelamkan kuncup

yang belum sempat merekah.


Kini, bunga itu masih berharap semi.



- Yogyakarta,

25102021-17:01


Senin, 25 Oktober 2021

ENIGMA.



Bagaikan teka teki, setiap takdir manusia memang tak pernah luput dari kehendak-Nya, hanya saja tak bisa ditebak dengan pasti.

Tuhan bisa membawamu pada kejadian yang tak pernah terduga. Bisa saja, doa-doa yang selama ini menjadi harapan tak tercipta seperti yang dipinta. Namun, doa bisa menjelma dalam bentuk yang tak terfikirkan sebelumnya. Karena Tuhan tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Maka, terima saja semua takdir yang telah digariskan untukmu. Jika pintamu tercipta sesuai keinginanmu, maka bersyukurlah. Jika asamu tak terbentuk, maka tetap bersyukur dan tak perlu merutuki diri. Bisa saja makna doa-doamu akan hadir dalam waktu yang tepat meski bukan saat ini. Bisa saja, harapmu tak terjawab karena dirimu memang belum siap. Jikalau memang takdirmu belum baik, bisa jadi kesalahan ada pada diri. Ada banyak penyebab yang memang tak pernah kau ketahui. Takdir manusia siapa sangka?

Jika hidup layaknya sebuah rangkaian puzzle, kita memang butuh potongan yang tepat untuk menjadikan sebuah karya yang mendekati "sempurna". Beberapa kali, potongan-potongan akan terlihat membingungkan dan butuh waktu untuk mencerna semuanya. Butuh pemahaman untuk menelaah setiap kepingnya. Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan takdir. Karena dalam sebuah perjalanan hidup, kita memang perlu menelaah dan memahami segala yang kita hadapi. Bukan semata-mata bergerak tanpa instruksi.

Beberapa takdir memang bisa diubah, dan kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Cobalah ubah takdirmu menjadi lebih baik. Perbaiki kekuranganmu,  mungkin kamu terlalu jauh dari-Nya.

23102021- 21:51

Sabtu, 23 Oktober 2021

DI PENGHUJUNG OKTOBER



Doa-doa ku mungkin belum sepenuhnya terkabulkan. Diri ini masih harus terus berjuang dalam waktu yang semakin menekan.

Setiap orang punya waktu yang sama, 24 jam atau 86.400 detik dalam sehari semalam. Namun, masing-masing mempunyai hal berbeda dalam pencapaian. "Setiap orang punya masanya sendiri", begitulah caraku menghibur diri. Bukan untuk menolak realita karena kesalahan sebelumnya, ataupun mencari pembenaran atas keadaan. Setidaknya aku masih terus berusaha sesuai kemampuan. Menggali hal-hal penting yang tak kuketahui sebelumnya.

Beberapa orang menemui jalan yang mulus pada Oktober ini, meski perlu meneguk kepahitan pada setiap detik waktu. Ada pula yang melangkah pasti tanpa sandungan batu kerikil. Sayangnya, segelintir manusia masih berdiam tanpa selangkah maju. Entah karena ragu atau tak mampu. Atau mereka perlu paksaan dalam merealisasikan kewajiban?

Kita tak berhak menghakimi atas kegagalan seseorang ketika mengapresiasi keberhasilan masih seringkali diabaikan. Kita hanya perlu memberikan dukungan untuk kembali berdiri. Situasi yang berubah-ubah membuatku menelaah segala kondisi dari sudut pandang yang berbeda. Dalam catatan, situasi memang benar-benar tidak memungkinkan. Aku berfikir, "Bagaimana jika aku berada dalam situasi yang sama". Kita tak pernah tahu seberapa besar perjuangan dibalik wajah seseorang. Kita tak mengerti bagaimana isi hati disetiap raut wajah yang mereka tampakkan.

Di penghujung Oktober ini, aku hanya berharap semoga kebaikan-kebaikan masih tetap menyelimuti. Aku berharap segala yang sedang diperjuangkan bisa mendapatkan hasil terbaik. Teruntuk kita semua di tanah manapun kaki berpijak, di lingkungan manapun sedang berjuang...

dan teruntuk jiwa-jiwa yang masih gersang, masih ada seperempat Oktober yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki diri. Sebelum detik-detik itu semakin menjauh pergi. Sebelum ke(tidak)baikan kembali menghampiri. Tidakkah kau bosan menjumpai kesalahan yang sama berulang kali?

23102021 - 10:12

Kamis, 21 Oktober 2021

KAMIS GERIMIS

Hari ini, Kamis 21 Oktober 2021 17:44 WIB.

Hujan kembali turun menyapa bumi. Rintiknya bersahutan membasahi tanah dengan sempurna. Memang, cuaca cukup mendung sedari pagi. Sedang akhir-akhir ini suhu udara terasa lebih panas dari biasa. Melatih imun makhluk-Nya, apakah mampu bertahan atau kalah dalam hal kesehatan.

Aku masih berdiam diri, duduk sembari sesekali mencoba berfokus pada hal yang sedang kukerjakan saat ini. Lagi-lagi, ragaku kalah dengan cuaca. Meski begitu, keinginanku adalah tetap memaksakan diri untuk mencoba menyelesaikan kewajibanku satu per satu, meski hanya sebait dua bait. Namun, ternyata kepala lebih berat dan berputar lebih kencang dari biasa. Maka kali ini, aku menyerah barang sehari. Berharap esok pagi kembali dengan diri yang lebih siap.

Aku mencoba bersahabat dengan cuaca yang tak menentu. Aku mencoba bersahabat dengan lingkungan yang tak mendukungku. Dan benar saja, rintik gerimis hanya bertamu untuk kemudian pergi dan kembali dengan bulir-bulir air lebih deras. Membawa hawa dingin lebih banyak untuk menyelimuti orang-orang. Benar-benar menjadi cobaan yang harus dilawan.

Hari ini malam Jumat, waktu yang tepat untuk kembali membawakan ayat-ayat-Nya. Sambil bercengkerama dengan gerimis, membuat suasana semakin khusyuk dalam sepi tetes-tetes air. Dan...

.

.

.

.

Aku akan kembali lagi dalam beberapa hari.

STUCK.


Ada waktu ketika pikiran tak mampu menyerap informasi apapun. Selalu tak fokus, entah apapun penyebabnya. Bahkan serangkaian kata yang biasa tertuang dengan mudahnya, kini menjadi bebal tak mau keluar. Pandangan mata memang terpaku pada layar laptop yang sedari tadi terbuka, sangat jelas terlihat dari pantulan kaca mata. Sesekali berkedip karena otot mata sudah tak mampu menahan kelopak mata. Jari-jari yang tak lentik itu terdiam di atas keyboard tanpa bergerak sedikitpun. Sudah pasti, jiwa dan pikiran sang empunya sedang berkelana. Menelusuri jejak-jejak yang tak terlihat jelas, mengenang memori-memori tanpa batas. Atau sedang memaksa otak untuk terus berputar mencari solusi atas sesuatu yang dihadapi.

Raga kita sudah mengirimkan sinyal lelah, namun terkadang keadaan memaksa kita untuk tetap terjaga. Memaksa mata kita untuk tetap terpaku pada apapun yang sedang dikerjakan. Padahal, seperti sia-sia ketika kita memaksa tanpa jeda. Tak akan terlihat hasilnya. Hanya lembar-lembar kosong yang merasa sepi, tanpa bertambah kata. Atau memandang tulisan-tulisan rapi yang sudah ada dan hanya bergulir kesana kemari.

Beristirahatlah barang sejenak. Barangkali seteguk udara akan membawamu tersadar kembali. Sadar akan sesuatu yang sedang diperjuangkan. Sadar bahwa waktu kita terlalu berharga untuk sekadar berhihi-haha, atau terisi oleh kekosongan yang tak ada artinya. Agar lelahmu tak sia-sia, setidaknya.

Bergeraklah, setapak demi setapak. Meskipun langkah terasa berat, setitik cahaya akan tiba pada masanya. Bergeraklah, tanpa menyerah. Dengan tetap memperhatikan kesehatan, mempertimbangkan kemampuan agar mampu memaksimalkan.


Oct 21,2021

Selasa, 19 Oktober 2021

ASING.



Kamu telah terbebas dari masa dimana kamu harus benar-benar ditopang oleh orang-orang sekelilingmu. Berbagi kebaikan, meski hanya sekelebat. Masa itu telah lewat, meninggalkan dirimu pada jalan yang semestinya. Semua pilihan kini berada dalam genggamanmu. Apakah kamu akan menjadi orang-orang yang kalah karena waktu? atau terus melangkah dalam satu arah? Sekali lagi, menyerah bukan pilihan yang tepat. Kamu harus berjalan- oh, setidaknya berdiri- meski pijakanmu terlalu rapuh. Berharap ada peluang, meski kau tak tau kapan peluang itu datang.

Pertolongan mungkin akan datang padamu. Suatu waktu, ketika Tuhan tau bahwa kau yakin tak mampu. Karena Tuhan tak pernah memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Namun, ada kalanya ketika kamu merasa bimbang dan hanya ingin bersembunyi dari kumpulan orang-orang. Meredam hati yang bergejolak karena keadaan tak sesuai dengan harapan. Memendam keinginan karena situasi yang tidak memungkinkan. Menata kembali iman sendiri yang dirobohkan berkali-kali dalam lingkungan yang sulit menerima perbaikan (dan perbedaan).

"Tak mengapa, kau sudah berusaha sekeras itu, dan dirimu tau". Begitulah suara yang selalu muncul pada telingamu.

Beberapa kali, entah dengan sengaja atau tidak, beberapa titik terang menghampirimu. Namun, dirimu memilih untuk menerimanya sendiri tanpa berbagi, setidaknya untuk saat ini. "Asing", mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan dirimu saat ini. Bahkan bertanya-tanya, kemana dirimu yang dulu pernah memilih jalan kebaikan?
Berdiam diri, memahami situasi. Mungkin cara inilah yang tepat untuk saat ini.
Kini, dirimu sedang berada dalam keadaan selemah-lemahnya.
.
.
.
Kamu.